Senin, 16 Mei 2011

Komunikasi Keluarga dalam Film "Motherhood"

      Sudah pernah nonton film “Motherhood” belum? Bagi yang belum nonton, film “Motherhood” ini menceritakan tentang kehidupan seorang ibu yang bernama Eliza dari dua orang anak yang saking sibuknya sampai-sampai tidak punya “own time”. Awalnya ia merasa hal tersebut memang sudah kewajibannya dan menikmatinya, namun saat ia ingin mengikuti sebuah lomba menulis ia tentang apa artinya menjadi seorang ibu, ia mulai mencari makna dari kehidupannya saat ia menjadi ibu. Saat itulah ia mulai merasa bahwa kesenangannya sama sekali hilang setelah menjadi ibu, ia selalu melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tiada hentinya sampai tidak ada waktu luang sedikitpun untuk beristirahat dan bersenang-senang, bahkan ia sempat berniat untuk meninggalkan anak dan suaminya, Avery. Sampai akhirnya Eliza tetap bertahan dan mendapat kejutan dari Avery. Sejak saat itu Eliza baru menyadari apa artinya menjadi seorang ibu.

     Keluarga dalam film “Motherhood” mempunyai pola komunikasi The Balanced Split, yaitu hubungan yang sejajar dengan Avery yang mempunyai otoritas untuk bekerja dan mencari uang sedangkan Eliza mempunyai otoritas menggunakan uang penghasilan suaminya untuk kebutuhan rumah tangga dengan mengaturnya sendiri tanpa harus menanyakan apa saja yang akan dibeli kepada Avery dengan tetap bertanggungjawab terhadap pengeluarannya.

     Dalam film “Motherhood” juga dapat dilihat terjadinya tahap Deterioration dimana Eliza mengalami Intrapersonal Dissatisfaction, yaitu ketidakpuasan terhadap perilaku Avery yang saat sibuk bekerja tidak bisa dihubungi padahal Eliza sedang sangat membutuhkannya, Eliza juga tidak puas terhadap kebiasaan Avery yang sangat senang mengumpulkan buku-buku bekas yang sudah dibuang oleh orang-orang untuk disimpan di rumah juga di dalam mobilnya. Eliza juga merasa tidak puas karena ia merasa semua pekerjaan rumah tangga dan kegiatannya sehari-hari sangat membebaninya. Ketidakpuasan Eliza disebabkan tidak adanya keterbukaan antara dirinya dengan Avery tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh masing-masing pihak. Hal itulah yang pada akhirnya menyebabkan adanya Interpersonal Deterioration, yaitu munculnya konflik disebabkan tidak adanya kesepakatan antara pasangan suami istri tersebut. Hal itu terlihat pada adegan dimana Eliza menggunakan pola komunikasi negative message, dimana ia secara langsung marah pada Avery lewat handphone dan mengungkapkan pada suaminya bahwa ia akan meninggalkan Avery dan anak-anaknya karena ia sudah lelah menjalani rutinitasnya dan juga lelah menghadapi Avery yang sangat mengecewakannya, ia merasa kehilangan hidupnya setelah menikah dan mempunyai dua orang anak. 

     Namun setelah mengalami konflik tersebut, dalam hubungannya terjadi Repair, yaitu tahap memperbaiki yang diawali dengan Intrapersonal Repair, dimana Avery dan Eliza tersebut saling mengkoreksi kekurangan dan kelebihan dari masing-masing dirinya. Kemudian saat Interpersonal Repair, Avery membicarakan konflik yang terjadi dengan Eliza, Avery menunjukkan bahwa dalam berkeluarga memang harus dilakukan pengorbanan, Avery mengerti bahwa Eliza melakukan pengorbanan dengan kehilangan waktu luang untuk hobinya menulis, juga sangat kelelahan untuk melakukan semua pekerjaan rumah sekaligus mengurusnya dan anak-anaknya, namun  juga mengungkapkan bawha ia juga melakukan pengorbanan sama halnya dengan yang dilakukan Eliza. Buku kesayangannya yang sangat ia sukai ia jual demi mendapatkan uang bagi kebutuhan keluarganya juga demi mencukupi biaya pendidikan bagi kedua anaknya nantinya. Ia menjelaskan saat ia tidak bisa dihubungi ia pergi keluar kota untuk menjual buku yang bernilai jutaan tersebut. Dengan adanya penjelasan keinginan dan tujuan dari Avery dan Eliza tersebut akhirnya konflik dapat diselesaikan. Sehingga pada akhirnya pola komunikasi antara Eliza dan Avery menjadi Equality Pattern, dimana pasangan saling terbuka dalam memberikan pendapat dan mengungkapkan perasaan dan keinginannya dalam kehidupan berkeluarga.

     Dalam mengasuh bayinya/anak keduanya antara Avery dan Eliza sama-sama memegang peranan. Di saat Eliza sedang keluar untuk membeli perlengkapan pesta ulang tahun anak pertamanya, Avery tak segan untuk mengasuh bayinya dan mengajaknya jalan-jalan keluar. Dapat dilihat bahwa kehadiran anak sangat mempengaruhi kehidupan suami dan istri. Mereka menjadi kurang leluasa untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang biasanya dilakukan sebelum mempunyai anak.

     Kurang lebihnya begitu, hmmm.. kalau liat cerita di atas, jadi agak mikir-mikir yah kalau jadi seorang ibu itu bukan hal yang mudah, jadi pumpung lagi ngomongin soal ibu nih sekalian aja pengen bilang “makasi banget buat emes tercinta yang udah gedein aq, ngasih yg terbaik buatQ, dengerin curhatQ, maklumin kslhnQ, ngalamin banyak kesulitan gara2 aq dll. Saat aq berhasil nanti aq pengen bahagian emes, luv u lah..^^”

 

 

Sabtu, 09 April 2011


PARENTING INFANT

Kelahiran seorang bayi dapat mengubah kehidupan dan kebiasaan orangtuanya. Bayi merupakan periode kehidupan antara kelahiran dan munculnya bahasa sekitar 1,5 sampai 2 tahun dan juga diartikan sebagai tahap hidup yang paling awal. Dalam hal ini,menurut para ahli mengasuh bayi adalah kegiatan sistematis yang dilakukan orang tua dalam mengamati aktivitas bayinya.

Teori Kelekatan Orangtua dengan Bayi

Menurut Freud,perkembangan karakteristik anak pada tahap kritis yaitu fase oral dan anal akan mempengaruhi kepribadian anak.
Erik Erikson berpendapat bahwa pengalaman di masa kanak-kanak akan membawa pengaruh jangka panjang yaitu pada tahap Trust vs Mistrust dan Autonomy vs Shame and Doubt.
Sedangkan kaum behavioris percaya bahwa pengalaman pada masa awal sangatlah penting karena perilaku awal menjadi dasar bagaimana orang tersebut akan terbentuk di kemudian hari.
Piaget berteori bahwa kapasitas hidup membangun perkembangan awal dalam hidup dan bayi juga ikut ambil bagian dalam perkembangan mereka sendiri.

Keterlibatan Orangtua bagi Perkembangan Bayi

Pengasuhan secara menyeluruh dipengaruhi secara dinamis di mana perkembangan itu terjadi. Masing-masing domain perkembangan bayi pada dasarnya dipengaruhi orangtua.
1. Perkembangan domain di masa bayi
   Selama masa kanak-kanak, bayi berubah dari mahluk yang tak mampu melakukan apapun menjadi mampu melakukan gerakan yang terkoordinasi, mengucapkan bahasanya, dan menunjukkan ekspresinya. Saat dinamika perkembangan itu terjadi, orangtua selalu dekat dengan bayinya untuk mengikuti perkembangannya.
2. Negara
   Negara menentukan bagaimana bayi menampilkan diri dan banyak dari yang bayi pelajari tentang orangtua.
3. Perawakan fisik dan kemampuan psikomotorik
   Awalnya bayi lahir dengan panjang rata-rata 49-50 cm dan beratnya sekitar 3,4-3,5 kg dan pada tahun berikutnya berat bayi akan naik tiga kali lipat, perubahan ini mempengaruhi orangtua dalam memperlakukan bayi mereka.
4. Berpikir dan menyadari
  Kemampuan bayi untuk menerima informasi dari orangtua dan lingkungannya selalu berkembang, bayi terus belajar untuk merespon lingkungan dan memahami informasi dari pengalaman mereka. Saat usia 4 sampai 5 bulan, bayi sudah mengerti ekspresi wajah orang yang berinteraksi dengannya.
5. Berbicara dan mengerti
   Awalnya bayi berkomunikasi dengan menangis dan tersenyum lalu berkembang dengan ocehan dan selalu berbicara dengan bahasa mereka sendiri.
6. Ekspresi emosional dan temperamen
    Ekspresi emosi yang ditunjukkan bayi merupakan bukti bahwa bayi merespon kejadian yang ada dan dari ekspresi emosi tersebut orangtua bisa mengelola dan memodifikasi bayi mereka dalam usaha membentuk temperamen bayi mereka.
7. Kehidupan sosial
   Saat usia 2 bulan, bayi terlibat dalam interaksi yang responsif dengan ibu mereka meliputi kontak mata, senyuman, geraman, dll. Hal ini akan membantu perkembangan emosional dengan orang lain.

Perubahan pada Perkembangan Bayi

Perubahan tingkat kemampuan pada bayi selalu berubah seiring berjalannya waktu.
a. Perubahan dinamis pada bayi. Pada masa ini bayi sudah bisa berdiri dan berlari dan pada tahun kedua ini 85% kegiatan bayi didampingi orangtua karena orangtua mulai waspada pada kegiatan bayi yang cukup berbahaya.
b. Variasi individual pada bayi. Pada tahap awal perkembangan bayi dapat dikatakan sama, namun pada pertengahan tahap perkembangan terdapat perbedaaan, misalnya ada bayi yang sudah bisa berjalan dan berbicara saat berusia 12 bulan namun bayi yang lain belum bisa padahal sudah berusia 20 bulan.

Tumbuh Kembang Bayi

Bayi akan mengalami tumbuh kembang sesuai dengan sudut pandang dan pemikiran dari orangtuanya. Secara biologis dan budaya, orangtua dibekali kemampuan untuk menanggapi, memahami dan menafsirkan bayi beserta segala perubahan-perubahannya.

Prinsip-prinsip Pengasuhan Bayi

1. Efek langsung dan tidak langsung
    Secara genetis,sejumlah besar karakteristik orangtua akan menurun pada anaknya. Meskipun anak tersebut tidak diasuh oleh orangtua kandungya, namun anak akan tetap membawa sifat dari ibu biologisnya.
2. Kepercayaan Orangtua
   Orangtua dalam budaya yang berbeda akan memiliki kepercayaan yang berbeda pula terhadap bayi mereka. Ibu Amerika-Eropa menganggap penting nilai kemandirian, ketegasan, dan kreativitas. Ibu Puerto Rico menganggap penting nilai ketaatan dan perasaan menghormati orang lain. Sedangkan ibu Indonesia menganggap penting nilai moral dan sopan santun.
3. Perilaku pengasuhan
    Sebagian besar pengalaman duniawi bayi berasal dari interaksi bayi dengan keluarga.
a. Wilayah Pengasuhan Bayi
   - Pengasuhan nurturant. Kematian bayi adalah kekhawatiran orangtua dan membuat tanggung jawab besar bagi orangtua untuk menjaga kesehatan bayi dan mencegah penyakit pada bayi.
    -   Pengasuhan sosial. Meliputi berbagai perilaku visual, verbal, afektif dan fisik pada orangtua, juga ekspresi kehangatan dan kasih sayang terhadap bayi.
    -   Pengasuhan bersifat mendidik. Terdiri dari berbagai strategi dalam memberi stimulus pada bayi guna keterlibatan dan pemahaman bayi pada lingkungan, bayi mulai mengamati, meniru dan belajar.
   -  Bahan pengasuhan. Meliputi cara orangtua menyediakan berbagai media (mainan, buku) bagi bayi mereka untuk pengenalan dunia fisik.
b. Saling memberi respon
   Kemampuan bereaksi merupakan komponen utama dalam pengasuhan bayi. Orangtua hendaknya secara cepat, handal dan tepat untuk menanggapi sinyal dari bayi akan menimbulkan kesan baik pada bayi. Daya tanggap merupakan karakteristik khas pengasuhan pada ibu.
c. Salah pengasuhan pada bayi
   Pengasuhan pada bayi tidak selalu berjalan dengan baik dan benar. Pada sebagian ibu yang mengalami gangguan patologis, penyalahgunaan narkoba dan alkohol akan menimbulkan dampak tersendiri bagi bayinya. Sebagian besar ibu yang tidak normal akan memperlakukan bayinya dengan kasar dan tidak responsif.
d. Pengasuhan bayi oleh ayah dan ibu
  Ibu memegang peranan penting dalam perkembangan bayi. Ibu menghabiskan waktu 65%-80% dibanding dengan seorang ayah. Ayah biasanya kurang tertarik dalam hal pengasuhan bayi sedangkan ibu berinteraksi dan mengurus bayi lebih intens dibanding ayah. Namun, ibu dan ayah sama-sama memiliki peranan penting sehubungan dengan ucapan mereka pada bayi.

Efek Mekanisme Pengasuhan pada Bayi

    Asumsi umum dalam pengasuhan adalah keseluruhan keterlibatan orangtua dalam memberikan stimulasi akan mempengaruhi keseluruhan perkembangan bayi. Pada dasarnya, perkembangan bahasa bayi dipengaruhi oleh apa yang didengar bayi dan karakteristik atau gaya bahasa ibu akan mempengaruhi gaya bahasa bayi. Karakteristik individu akan membentuk pengalaman mereka dan sebaliknya pengalaman membentuk karakteristik individu, maksudnya karakter ibu akan mempengaruhi pola asuh yang akan diberikan pada bayi dan pola asuh yang diterima bayi akan membentuk karakter bayi tersebut. Jelas bahwa pengalaman awal pada bayi akan mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya.

Efek Keberadaan Bayi

     Bentuk fisik bayi akan mempengaruhi orangtua, yaitu mulai janin bergerak dalam rahim, saat bayi lahir dengan bentuk muka, ekspresi dan tindakan akan mempengaruhi orangtua untuk memunculkan tidakan reflek alami sebagai orangtua. Status kesehatan,jenis kelamin dan hal lain terkadang juga mempengaruhi orangtua dalam memperlakukan bayi berupa kuantitas dan kualitas interaksi dengan bayi.

Pengasuhan berdasar Faktor Biologis

     Kegiatan dan pemikiran orangtua mempengaruhi pola pengasuhan. Namun selain itu, usia kehamilan, diet, stres, penyakit yang diderita juga mempengaruhi pola pengasuhan pasca kelahiran.
     Pengasuhan intuitif merupakan pengasuhan yang seringkali diharapkan yaitu tanggapan yang melibatkan tahap perkembangan sesuai dengan usia dan kemampuan anak yang memiliki tujuan untuk meningkatkan adaptasi dan perkembangan.

Kepribadian Orangtua

      Orangtua yang merasa kompeten termotivasi untuk terlibat lebih dalam berinteraksi dengan bayi mereka dan mampu membaca sinyal dari bayi, menafsirkannya dengan benar, dan menemukan jawaban yang benar atas sinyal tersebut. Ketika terjadi interaksi yang bagus maka orangtua akan membentuk kualitas interaksi yang lebih baik.
     Aspek kepribadian orangtua membentuk pola pengasuhan orangtua. Pola asuh yang diberikan nenek kepada ibu akan mempengaruhi pola asuh yang diberikan ibu pada bayinya.

Situasi dalam Pengasuhan
1. Situasi keluarga
   Pengasuhan bayi dipengaruhi oleh konfigurasi keluarga, tingkat stres orangtua, hubungan perkawinan dan jaringan sosial orangtua. Misalnya, bayi sulung akan diberi perawatan dan kasih sayang yang lebih dibanding dengan bayi yang lahir kemudian. Ibu juga merasa mengasuh bayi lebih sulit dibanding mengasuh bayi selanjutnya. Ibu dalam usia remaja masih memiliki ego yang tinggi, kurang matang secara emosional dan sosial sehingga kurang keibuan dan kurang terampil dalam merawat anak karena kurang berpengalaman.
2. Status sosial ekonomi
   SES mempengaruhi perilaku orangtua dan beberapa hal dalam keluarga misalnya kesejahteraan, kesehatan, pemberian perhatian, kesabaran dan toleransi terhadap anak. Ibu dengan SES rendah cenderung disiplin, keras, dan tidak konsisten dalam pengasuhan anak. Bayi dalam keluarga SES rendah kurang diberi stimulasi dan bahan bermain yang kurang tepat. Ibu SES menengah dan tinggi berkomunikasi dengan bayinya dengan cara yang lebih canggih dan sistematis sehingga bayi dalam keluarga SES tinggi menghasilkan suara dan kata yang lebih banyak dibanding bayi dalam keluarga SES rendah.
3. Budaya
   Perbandingan lintas budaya menunjukkan hampir semua aspek pengasuhan dipengaruho budaya. Pola pengasuhan Jepang dan Amerika Serikat sama-sama modern dan berstandar hidup baik, namun ibu Jepang mengharapkan kematangan emosi, pengendalian diri, dan sopan santun, sedangkan ibu Amerika Serikat mengutamakan otonomi.

Pengasuhan NonParental

Pengasuhan bayi tidak hanya dilakukan oleh orangtua biologis namun juga terkadang dilakukan oleh saudara, bibi, nenek, baby sitter, dll.
a. Siblings
   Pada negara non industri terutama non Barat, bayi terkadang dirawat seorang kakak atau adik. Saudara kandung biasanya menghabiskan waktu untuk merawat dan mengasuh bayi agar orang tua mereka bisa bekerja. Sedangkan dalam masyarakat Barat dan industri, saudara kandung jarang dilibatkan dalam pengasuhan bayi.
b. Related and Unrealted Nonparental Infant Caregivers
   Secara umum, perawatan keluarga nonparental melibatkan kakek atau nenek dalam pengasuhan. Nenek dianggap memegang peranan pentingdalam kehidupan bayi dari ibu remaja. Berdasar teori, bayi menjadi terikat kepada orang yang secara intens menghabiskan waktu secara konsisten yang dapat memberikan tanggapan sesuai dengan sinyal kebutuhan mereka. Namun ada kritik sosial yang berpendapat kualitas tinggi dalam nonparental tidak terletak pada jumlah waktu yang dihabiskan orangtua bersama bayinya melainkan kualitas interaksi orangtua dengan mereka.


Jumat, 03 Desember 2010

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL REMAJA

Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang berhubungan dengan kematangan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja. Sebelum masa remaja sudah ada saling hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang sebaya. Sering juga timbul kelompok-kelompok anak, perkumpulan-perkumpulan untuk bermain bersama, misalnya untuk kemah, saling tukar pengalaman, merencanakan aktivitas bersama misalnya suatu aktivitas yang dirancang untuk dilakukan terhadap suatu kelompok lain. Aktivitas-aktivitas tersebut bias merupakan aktivitas yang positif ataupun negatif. Aktivitas negative dapat bersifat agresif, kadang-kadang criminal seperti misalnya mencuri, penganiayaan, pembunuhan dan lain-lain, dalam hal ini biasanya dilakukan oleh anak-anak nakal. Aktivitas negatif ini dapat kita lihat dalam film “Gridiron Gang”. Remaja-remaja yang hidup di Amerika membentuk kelompok atau geng sesuai dengan nomor blok di daerah rumahnya. Namun sayangnya kelompok atau geng yang dibentuk oleh remaja ini melakukan tindakan-tindakan criminal yaitu saling melukai antar anggota geng yang berbeda bahkan sampai membunuh anggota geng lain yang merupakan musuhnya, hingga banyak remaja-remaja tersebut yang masuk penjara anak karena tindakan kriminal yang telah diperbuatnya.
Kelompok-kelompok yang dibentuk oleh remaja-remaja tersebut disertai juga dengan norma-norma kelompok yang terkadang bertentangan dengan norma-norma yang dibuat oleh orang tua. Dalam hal ini dapat kita lihat perbedaan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Secara emosional, remaja perempuan kurang leluasa atau bahkan dibatasi dan dipaksa untuk tidak menentang peraturan yang telah dibuat oleh orangtua, sedangkan remaja laki-laki lebih memilih untuk menentang orang tuanya dan mengikuti norma kelompoknya. Tokoh Willie Weathers dan dapat menggambarkan hal tersebut. Willie Weathersyang mempunyai ayah tiri dan ibu yang sering disiksa ayah tirinya, tetap saja mengikuti norma kelompok untuk saling membunuh dengan anggota geng yang lain bukannya berkegiatan positif agar bias menghindarka ibunya dari ayah tirinya. Sedangkan sebagai remaja perempuan cenderung tidak terlalu menentang orangtuanya, ia menghindari Willie ketika ia sedang berinteraksi dengan gengnya karena tahu ayahnya tidak menyukai aktivitas negatif dari Willie Weathers.
Norma kelompok yang dianut oleh sekelompok remaja ini membuat remaja tidak memiliki originalitas diri, yaitu keunikan diri sendiri yang berasal dari potensi yang dimiliki oleh remaja tersebut. Dan pada akhirnya dalam film “Gridiron Geng”, Sean Porter dapat membantu remaja-remaja tersebut untuk menemukan potensi positif dari diri mereka.

Kamis, 10 Juni 2010

ANAK DAN MEDIA
Mickey dan Miiko, Mana yang Asyik??

Kalau denger tokoh kartun Mickey Mouse pasti sudah tidak asing lagi kan?? Mickey mouse tu punya beberapa temen yang namanya Minnie Mouse, Donald Bebek, Daisy, Goofy dan Pluto. Tapi kalau Miiko, pernah denger apa nggak?? Miiko itu tokoh kartun yang dijadikan komik. Emang mungkin Miiko belum dijadikan film kartun seperti Mickey Mouse, makanya masih belum banyak yang tau. Nah biar tau lebih lanjut, kita lihat lebih lengkapnya ni……..




Data Umum Jenis : Komik
Judul : hai, Miiko no.21
179 hal tahun 2009
Penyampaian Content: Komik hitam putih
Content : Bercerita tentang nilai raport Miiko, bercerita tentang teman-teman miiko yang menginap di rumahnya, bercerita tentang nakazawa yang naksir marichan, bercerita tentang miiko yang saki gigi, bercerita tentang miiko dan teman-temannya yang saling member coklat saat valentine day dan white day.
Tujuan/materi yg ingin disampaikan/pelajaran yg bisa diambil :
 Belajar untuk percaya diri terhadap apa yang telah kita capai
 Belajar untuk tidak menunda dan tidak malas
 Belajar untuk melakukan hal-hal baik untuk orang lain
 Belajar untuk menepati janji
 Belajar untuk selalu jujur
 Belajar untuk menyayangi orang-orang yang ada di sekitar kita terutama keluarga
 Belajar untuk saling melengkapi dalam hubungan pertemanan
Sasaran pembaca/penonton :
Cocok untuk anak usia sekolah karena diperlukan kemampuan membaca yang cukup bagus. Karena tokoh utama miiko berjenis kelamin perempuan, maka lebih cocok untuk anak perempuan karena banyak cerita yang dilihat dari sudut pandang tokoh utama, yaitu miiko.
Pengemasan media
Kelebihan : sesuai usia yang dituju karena bila anak usia prasekolah membaca komik kemungkinan tidak fokus dan malah bisa dirobek.
Kelemahan: ada cerita mengenai perasaan saling suka dan cemburu di antara para tokoh dalam komik tersebut, selain itu ada tokoh yang berbicara kasar terhadap miiko. Komik hitam putih terkadang dianggap kurang menarik bagi anak-anak.
Teori yang relevan :
Sesuai dengan tahap perkembangan hubungan sebaya pada masa anak-anak, usia 3-12 tahun lebih suka menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman yang berjenis kelamin sama.
 Anak SD dimana saat anak bermain, berkelompok dan membina persahabatan.
 Gender mempengaruhi komposisi, ukuran dan interaksi di dalamnya, anak perempuan berkelompok 2-3 orang dan banyak terlibat percakapan kolaboratif, sedangkan anak laki-laki berkelompok dan lebih banyak terlibat dalam permainan kasar. Kompetitif dan penuh resiko.


Data Umum Jenis : Film Kartun
Judul : Mickey Mouse Clubhouse
Durasi : 69 menit tahun 2008
Penyampaian Content : Film dua dimensi berwarna
Content :
Bercerita tentang mickey mouse&friends yang akan membantu goofy yang sedang flu, membantu Donald bebek yang berubah menjadi katak, dan membantu membangunkan Minnie yang tertidur gara-gara memetik mawar tidur.
Tujuan/materi yg ingin disampaikan/pelajaran yg bisa diambil :
 Belajar berhitung dan mengucapkannya dalam bahasa inggris
 Belajar mengenal warna dan menyebutkannya dalam bahasa inggris
 Belajar membantu dan berbagi dengan teman yang membutuhkan
 Belajar mengenal kiri dan kanan
 Belajar mengenal ukuran (panjang-pendek,besar-kecil)
 Belajar mengingat perintah yang penting
Sasaran pembaca/penonton :
Cocok untuk segala usia karena bisa mengajarkan anak berlatih bahasa inggris sejak dini. Cocok untuk dilihat anak laki-laki maupun perempuan karena tokoh utama mickey mouse berjenis kelamin laki-laki maka bisa dilihat siapapun, selain itu teman-teman mickey juga ada uang laki-laki maupun perempuan.
Pengemasan media
Kelebihan : membantu anak-anak berlatih bahasa inggris sejak dini, banyak benda yang menarik, film berwarna yang terkadang disertai nyanyian membuat anak-anak tertarik untuk menonton
Kelemahan: untuk anak usia 8 tahu ke atas mungkin akan merasa bosan karena inti cerita terlalu monoton. Untuk anak yang kurang menyukai/tidak bisa bahasa inggris mungkin akan malas menontonnya dan lebih memilih film kartun Bahasa Indonesia.
Teori yang relevan  Sesuai dengan teori perkembangan kognitif Jean Piaget pada tahap pra operasional, anak sudah belajar mengenal warna dan bentuk.
 Sesuai dengan teori perkembangan kognitif Jean Piaget, yaitu pada tahap operasional konkret, ditandai dengan adanya desentrasi yang besar, artinya anak sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari sati dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain.
 Anak sudah mampu melakukan konservasi.
 Sesuai dengan teori belajar sosial Albert Bandura, anak belajar bahasa karena melakukan imitasi dari suatu model.


Analisis dari kedua media :
Kedua media diatas sama-sama memiliki manfaat bagi perkembangan anak. Film kartun Mickey Mouse Clubhouse berguna untuk membantu perkembangan kognitif dan intelegensi anak. Sedangkan komik hai, Miiko no.21 ini membantu dalam perkembangan sosio-emosional pada anak, selain itu komik ini juga bisa memberikan stimulus positif dalam hal kerativitas anak untuk membuat hasil karya sesuai dengan potensi mereka.

Conclusion :
Saya lebih menyukai film kartun Mickey Mouse karena isi dari film tersebut bersifat edukatif, memberikan banyak kegunaan bagi anak-anak yang menontonnya. Dari film tersebut bisa membuat anak berlatih bahasa inggris, belajar berhitung, mengenali objek/benda, mengerti kegunaan dari suatu objek dan mengajarkan pada anak untuk menjalin hubungan pertemanan dengan baik, salah satunya dengan saling membantu ketika ada teman yang sedang kesusahan. Sedangkan komik Miiko, menurut saya hanya sekedar hiburan bagi anak karena berisi tentang kejadian lucu yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dengan pesan moral yang sedikit. Saran dari saya untuk para orangtua, jika Anda ingin mengajarkan kemampuan berhitung, berbahasa inggris dan sejenisnya, maka Anda bisa memutarkan film kartun Mickey Mouse. Bagi para orang tua yang merasa anaknya sudah mampu dalam hal berhitung dan berbahasa inggris, maka untuk member anak-anak Anda hiburan pada waktu luang, Anda bisa merekomendasikan komik Miiko untuk anak Anda. Namun, bila anak Anda kurang menyukai kedua media di atas, maka biarlah anak Anda memilih tokoh kartun yang ia sukai. Orangtua hendaknya juga mendampingi agar orangtua bisa menjelaskan mana yang perlu diteladani anak dan mana yang tidak.

Rabu, 09 Juni 2010

ANAK DAN SEKOLAH


Pernahkan kalian mendengar kata-kata “underachiever” ?? underachiever menunjuk pada seseorang yang memperoleh prestasi di bawah kemampuan intelektual yang ia miliki. Mencapai prestasi yang lebih rendah tidak disebabkan oleh factor intelektual, saat ini banyak anggapan bahwa prestasi yang rendah disebabkan oleh apa yang disebut ketakutan akan gagal (Hermans, 1971). Hermans mengungkapkan bahwa ketakutan akan gagal murid zaman sekarang mungkin berhubungan dengan situasi pengajaran, tetapi juga dengan situasi hidup keseluruhan. Makin lama makin sulit untuk mengerti kemampuan sendiri dalam hubungan pengajaran dan pendidikan. Hal ini sebagian disebabkan karena murid makin dihadapkan dengan kemungkinan yang lebih banyak di dalam maupun di luar situasi pengajaran. Ketakutan untuk gagal ini disebabkan oleh keraguan total, yang menyebabkan kapasitas intelektual tidak dapat sepenuhnya bekerja.


Menurut observasi Haditono, masalah underachiever di Indonesia disebabkan oleh suatu kombinasi beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kurangnya fasilitas belajar di sekolah, terutama di daerah pelosok-pelosok Indonesia, maupun fasilitas di rumah. Faktor yang kedua, kurangnya stimulasi mental dari orang tua di rumah. Hal ini terutama pada orang tua yang tidak berpendidikan hingga mereka tidak mengerti bagaimana cara mambantu anak-anak mereka supaya lebih berhasil dalam pendidikannya di sekolah. Faktor ketiga adalah keadaan gizi yang didapat anak.


Kombinasi faktor-faktor ini ditambah dengan keadaan lain yang kurang menguntungkan seperti perubahan sistem pelajaran yang berkali-kali dalam menemukan sistem mana yang paling baik, hingga bila para pengajar sendiri belum merasa mantap dalam menerapkan system yang baru tersebut. Semuanya ini memberikan dampak pada prestasi murid dan ikut menyebabkan terjadinya underachiever atau prestasi di bawah normal.


Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah hendaknya semakin peduli terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah, melengkapi berbagai fasilitas, memperbaikai kerusakan fasilitas sekolah dan memberikan anggaran dana yang cukup bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah pelosok agar anak-anak yang tinggal di daerah pelosok juga dapat merasakan fasilitas sekolah yang lengkap seperti yang dirasakan anak-anak yang berada di kota. Bila anak-anak di pelosok tersebut tidak dapat merasakan fasilitas sekolah dan tidak dapat mengembangkan potensinya, lalu bagaimana daerah pelosok tersebut dapat berkembang??

Selasa, 08 Juni 2010

ANAK DAN TEMAN


Dalam kehidupan ini, kita selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitar kita, baik itu orangtua, saudara, teman dan orang-orang yang tidak kita kenal sekalipun. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia tidak pernah terlepas dari kegiatan berinteraksi dengan sesamanya. Studi Youniss & Smollar (1985) dan Mueller & Cooper (1986) menunjukkan betapa perlunya hubungan antara anak-anak dengan peer (teman sebaya) bagi perkembangan anak tersebut. Anak biasanya berusaha untu menjadi anggota suatu kelompok, kelompok semacam ini terdapat dalam Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.


Pada mulanya anak tidak mengerti tingkah laku apa yang yang dipuji atau dihargai dan tingkah laku apa yang tidak dipuji, anak belum tahu apa yang harus dilakukan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok. Sering kita lihat anak menirukan anggota kelompok yang paling aktif dan berkuasa. Kelompok-kelompok anak dalam Taman Kanak-kanak dan kelas-kelas permulaan Sekolah Dasar belum mempunyai aturan-aturan, kelompok-kelompok tadi baru merupakan kelompok informal tanpa struktur dan tanpa aturan. Baru di antara usia 10 -14 tahun timbullah kelompok yang ada oragnisasinya dengan aturan-aturan dan perjanjian-perjanjian.


Hal ini menunjukkan betapa pentingnya teman sebaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Seringkali memang anak melakukan modeling terhadap tingkah laku temannya yang ia anggap sebagai sesuatu hal yang pantas dilakukan untuk sama dengan teman yang paling aktif dan berkuasa dalam kelompok tersebut. Anak-anak dan teman sebayanya juga saling mempengaruhi dalam hal tingkah laku agresif. Sebagai contohnya, seorang anak merebut mainan milik temannya. Bila anak pemilik mainan diam saja saat mainannya direbut, maka hal tersebut dianggap sebagai hadiah bagi anak yang merebut mainan tadi. Pada kesempatan berikutnya ia akan merebut lagi dan merebut lagi, dengan begitu makin lama makin terbentuk tingkah laku agresif.


Tingkah laku agresif tersebut juga mungkin terjadi dari arah yang berlawanan. Bila anak pemilik mainan membalas dan melawan temannya yang ingin merebut mainannya, anak pemilik mainan ini bahwa dengan melawan maka ia akan sukses. Lalu lama kelamaan anak tersebut akan terus menerus membalas dan melawan lalu akan terbentuk tingkah laku agresif.

Kamis, 03 Juni 2010

PERKEMBANGAN DIRI, IDENTITAS, DAN GENDER

Menurut saya, pembentukan identitas diri pada anak memegang peranan yang sangat penting. Karena perlakuan keluarga dan orang-orang yang berada di sekitar terhadap anak tersebut akan menjadi pondasi dari perkembangan tahap selanjutnya. Sesuai dengan teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson pada tahap trust vs mistrust, anak yang diasuh dengan hangat oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, maka anak punya rasa percaya dan mengembangkan harapan yang ada pada dirinya. Sedangkan anak yang dirawat dengan cuek-cuekan atau sering diabaikan menyebabkan anak tersebut merasa tidak aman, curiga terhadap lingkungannya.


Memang benar dikatakan bahwa orangtua memegang peranan penting dalam pembentukan identitas diri anaknya. Orang tua dengan tipe otoritatif bisa menyebabkan anak menjadi ragu-ragu, tidak punya keberanian dan menganggap apa yang dilakukannya selalu salah. Hal ini sesuai dengan tahap autonomy vs shame and doubt. Ketika anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dn melakukan apa saja yang ingin dilakukannya, hendaknya orangtua mengajarkan anak bagaimana anak dapat mengontrol keinginannya tersebut tanpa disertai kekerasan.


Jenis kelamin adalah perbedaan biologis laki-laki dan perempuan beserta fungsi reproduksinya. Jenis kelamin merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah atau ditukar dan berlaku sepanjang masa. Sedangkan gender adalah pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan buatan manusia dan merupakan hasil konstruksi sosial. Pada kenyataannya, memang gender tidak bisa dijauhkan dari kehidupan kita. Hal ini dapat dilihat dari sesuatu yang sederhana, ketika ibu hamil dan suaminya yang sudah mengetahui jenis kelamin anaknya laki-laki maka ia akan membeli barang-barang yang berwarna biru, putih atau kuning. Sangat jarang ditemukan bayi laki-laki memakai baju berwarna pink, jika sampai ada maka hal ini dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan seringkali dijadikan bahan pembicaraan.


Ketika anak bersekolah pun gender juga masih sangat erat dalam kehidupan. Jika seorang anak laki-laki ikut bermain loncat tali bersama anak-anak perempuan, maka anak laki-laki tersebut cenderung diejek-ejek oleh teman-temannya. Begitu juga bila anak perempuan ingin ikut bermain kelereng bersama anak laki-laki. Hal ini disebabkan adanya konstruksi sosial bahwa yang bermain loncat tali harusnya adalah anak perempuan dan yang harusnya bermain kelereng adalah anak laki-laki. Contoh-contoh sepele tersebutsudah membuktikan bahwa gender masih sangat kental dalam kehidupam kita.


_Meguuwh_