Kamis, 03 Juni 2010

PERKEMBANGAN DIRI, IDENTITAS, DAN GENDER

Menurut saya, pembentukan identitas diri pada anak memegang peranan yang sangat penting. Karena perlakuan keluarga dan orang-orang yang berada di sekitar terhadap anak tersebut akan menjadi pondasi dari perkembangan tahap selanjutnya. Sesuai dengan teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson pada tahap trust vs mistrust, anak yang diasuh dengan hangat oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, maka anak punya rasa percaya dan mengembangkan harapan yang ada pada dirinya. Sedangkan anak yang dirawat dengan cuek-cuekan atau sering diabaikan menyebabkan anak tersebut merasa tidak aman, curiga terhadap lingkungannya.


Memang benar dikatakan bahwa orangtua memegang peranan penting dalam pembentukan identitas diri anaknya. Orang tua dengan tipe otoritatif bisa menyebabkan anak menjadi ragu-ragu, tidak punya keberanian dan menganggap apa yang dilakukannya selalu salah. Hal ini sesuai dengan tahap autonomy vs shame and doubt. Ketika anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dn melakukan apa saja yang ingin dilakukannya, hendaknya orangtua mengajarkan anak bagaimana anak dapat mengontrol keinginannya tersebut tanpa disertai kekerasan.


Jenis kelamin adalah perbedaan biologis laki-laki dan perempuan beserta fungsi reproduksinya. Jenis kelamin merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah atau ditukar dan berlaku sepanjang masa. Sedangkan gender adalah pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan buatan manusia dan merupakan hasil konstruksi sosial. Pada kenyataannya, memang gender tidak bisa dijauhkan dari kehidupan kita. Hal ini dapat dilihat dari sesuatu yang sederhana, ketika ibu hamil dan suaminya yang sudah mengetahui jenis kelamin anaknya laki-laki maka ia akan membeli barang-barang yang berwarna biru, putih atau kuning. Sangat jarang ditemukan bayi laki-laki memakai baju berwarna pink, jika sampai ada maka hal ini dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan seringkali dijadikan bahan pembicaraan.


Ketika anak bersekolah pun gender juga masih sangat erat dalam kehidupan. Jika seorang anak laki-laki ikut bermain loncat tali bersama anak-anak perempuan, maka anak laki-laki tersebut cenderung diejek-ejek oleh teman-temannya. Begitu juga bila anak perempuan ingin ikut bermain kelereng bersama anak laki-laki. Hal ini disebabkan adanya konstruksi sosial bahwa yang bermain loncat tali harusnya adalah anak perempuan dan yang harusnya bermain kelereng adalah anak laki-laki. Contoh-contoh sepele tersebutsudah membuktikan bahwa gender masih sangat kental dalam kehidupam kita.


_Meguuwh_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar