Selasa, 08 Juni 2010

ANAK DAN TEMAN


Dalam kehidupan ini, kita selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitar kita, baik itu orangtua, saudara, teman dan orang-orang yang tidak kita kenal sekalipun. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia tidak pernah terlepas dari kegiatan berinteraksi dengan sesamanya. Studi Youniss & Smollar (1985) dan Mueller & Cooper (1986) menunjukkan betapa perlunya hubungan antara anak-anak dengan peer (teman sebaya) bagi perkembangan anak tersebut. Anak biasanya berusaha untu menjadi anggota suatu kelompok, kelompok semacam ini terdapat dalam Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.


Pada mulanya anak tidak mengerti tingkah laku apa yang yang dipuji atau dihargai dan tingkah laku apa yang tidak dipuji, anak belum tahu apa yang harus dilakukan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok. Sering kita lihat anak menirukan anggota kelompok yang paling aktif dan berkuasa. Kelompok-kelompok anak dalam Taman Kanak-kanak dan kelas-kelas permulaan Sekolah Dasar belum mempunyai aturan-aturan, kelompok-kelompok tadi baru merupakan kelompok informal tanpa struktur dan tanpa aturan. Baru di antara usia 10 -14 tahun timbullah kelompok yang ada oragnisasinya dengan aturan-aturan dan perjanjian-perjanjian.


Hal ini menunjukkan betapa pentingnya teman sebaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Seringkali memang anak melakukan modeling terhadap tingkah laku temannya yang ia anggap sebagai sesuatu hal yang pantas dilakukan untuk sama dengan teman yang paling aktif dan berkuasa dalam kelompok tersebut. Anak-anak dan teman sebayanya juga saling mempengaruhi dalam hal tingkah laku agresif. Sebagai contohnya, seorang anak merebut mainan milik temannya. Bila anak pemilik mainan diam saja saat mainannya direbut, maka hal tersebut dianggap sebagai hadiah bagi anak yang merebut mainan tadi. Pada kesempatan berikutnya ia akan merebut lagi dan merebut lagi, dengan begitu makin lama makin terbentuk tingkah laku agresif.


Tingkah laku agresif tersebut juga mungkin terjadi dari arah yang berlawanan. Bila anak pemilik mainan membalas dan melawan temannya yang ingin merebut mainannya, anak pemilik mainan ini bahwa dengan melawan maka ia akan sukses. Lalu lama kelamaan anak tersebut akan terus menerus membalas dan melawan lalu akan terbentuk tingkah laku agresif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar